Minggu, 13 Desember 2009

OUTBOUND yuk ......

OUTBOUND, PENTINGKAH?
Pernah mendengar, “Ma, aku mau ikut outbound sama teman-teman dong.” Mungkin justru malah kalimat seperti, “Aku nggak mau ikutan outbound, takut, katanya nanti disuruh naik-naik ke atas pohon.terus loncat.” Kalimat pertanyaan tersebut bukan tidak mungkin terlontar dari mulut buah hati Anda. Outbound untuk anak seringkali memang diadakan oleh sekolah untuk merangsang si anak jadi lebih kreatif dan berani. Tidak hanya dari sekolah, kadang ada institusi di luar yang memang menyelenggarakan kegiatan outbound untuk mengisi liburan anak.

Masyarakat yang tinggal di kota besar memiliki waktu dan kesempatan terbatas untuk dapat bertemu dengan anaknya karena kesibukan yang padat, sehingga kadang komunikasi yang terjalin antara orangtua dan anak menjadi sangat kurang. Dalam outbound inilah semuanya dijalin dan dicairkan kembali.

“Diharapkan dengan outbound, maka akan ‘pecah’ komunikasi karena anak merasakan adanya kehadiran orangtua dan orangtua sendiri merasa lebih dekat secara emosional dengan sang anak,” tambahya lagi. Dalam outbound, anak akan diajak mengembangkan kemampuan ESQ (emotional and spiritual quotient), disamping juga IQ (intellegent quotient). “Bila orangtua ikut outbound bersama anak pun ia harus menanggalkan peran dan statusnya untuk sementara agar lebih efektif.”

APA YANG DICARI
Ada tipe outbound yang hanya membolehkan anak mengikuti sendiri tanpa orangtuanya untuk nantinya bergabung dengan teman-temannya. Sedangkan jenis yang satu lagi justru ‘mendaulat’ orangtua untuk juga ikut serta dalam kegiatan outbound. Keduanya memiliki tujuan dan manfaat yang sama baiknya.

“Sangat diharapkan setelah mengikuti outbound anak akan menjadi lebih berani, serta bila orangtua juga ikut serta diharapkan anak akan mendapatkan kembali figur orangtua yang selama ini sempat hilang karena kesibukan bekerja. Ini akan membuat anak lebih komunikatif dan mau terbuka dengan orangtua,” jelas bapak empat orang anak ini. Menurutnya, dari sebuah kegiatan outbound akan bisa didapat beberapa manfaat seperti :

* Komunikasi membaik. Bila memang outbound tersebut berhasil, anak akan memiliki pola komunikasi yang membaik, entah itu dengan orangtua maupun teman dan lingkungan sekitarnya.
* Problem solving. Kemampuan anak memecahkan masalah akan dilatih dalam outbound. Contohnya saat si anak dan timnya dapat berhasil memecahkan suatu teka-teki untuk mendapatkan poin tambahan, sebelumnya ia pasti telah mengerahkan pikiran untuk menganalisa dan mencari jawabannya.

* Kreativitas. Berbagai macam permainan pun dirancang sedemikian rupa untuk merangsang kreativitas anak.

* Keberanian. Anak yang semula memiliki rasa takut karena terbiasa dengan orangtua yang over-protective dapat ‘memaksakan’ dirinya untuk jadi lebih berani pada permainan yang menuntut keberanian seperti flying fox ataupun jalan di atas bambu.

DUKUNGAN PENUH UNTUK ANAK
Sebagai orangtua, tentunya adalah hal yang penting untuk mencermati kesiapan mental dan tingkat kemandirian anak. Kendati pun si anak sebenarnya tergolong mandiri, namun belum tentu ia terbiasa beraktivitas di luar ruangan, terutama dalam situasi dan kondisi seperti outbound.

Kerap ditemui kasus anak yang karena terlalu dilindungi orangtuanya maka ia tumbuh menjadi ‘anak mami’ yang mudah gentar jika menghadapi sesuatu yang asing atau di luar kebiasaannya. Ikut outbound pun mungkin akan menjadi sesuatu yang menakutkan bagi mereka. Untuk itu andil orangtua tentu sangat diperlukan, dukunglah buah hati sambil memperhatikan hal berikut :

* Keterlibatan orangtua. Bila ia outbound, dampingi saja dengan mengawasinya dari kejauhan bersama orangtua-orangtua anak lainnya. Tetapi bila jenis outbound adalah yang melibatkan orangtua untuk satu tim dengan anak, bergabunglah dengan senang hati. Partisipasi Anda akan membuat anak merasa memiliki dan diperhatikan. Winardi kembali berujar, “Sebaiknya anak yang masih kecil didampingi, tetapi anak yang sudah besar atau sudah pernah ikut bisa dilepas.”

* Over-protective? No way! Jangan terlalu membatasi anak dengan alasan khawatir. Itu malah membuatnya mudah takut akan segala sesuatu bahkan sebelum memulai.

* Mengajak saudara. Bila ikut outbound di luar sekolah dan ia takut atau merasa malas, ajak saja sahabat ataupun saudara sepupu yang seumuran dengannya.

* Jeli memilih penyelenggara. Berniat mengikutkan anak untuk outbound dalam rangka mengisi liburannya? Pilih penyelenggara dengan reputasi yang baik sehingga outbound berkualitas dan aman. Survei dengan detail bagaimana kondisi penginapannya, termasuk fasilitas kamar tidur dan kamar mandinya, berapa jumlah pesertanya, berapa umur rata-rata peserta, dan kegiatan apa saja yang dilakukan.

Outbound boleh saja menjadi salah satu sarana yang dapat mengembangkan berbagai aspek pada anak, tetapi tidak akan menjadi maksimal bila setelah outbound tidak ditindaklanjuti. Ibarat kata, outbound hanyalah kendaraan, sementara pengendaranya tetaplah orangtua. Mau kemana anak dibawa, semua berpulang pada orangtua. PG
Jenis Permainan Outbound
Ingin ‘mengintip’ apa saja jenis permainan yang ada di dalam kegiatan outbound?

* Flying fox : anak berpegangan pada peluncur dan meluncur turun di seutas tambang yang terbentang dari ujung satu ke ujung di sebrangnya.

* Kayak : mendayung sendiri perahu kecil (kayak)

* Panjat dinding : memanjat dinding ataupun jalinan tambang yang dibentangkan dengan tegak seperti dinding

* Meniti jembatan tali / bambu : berjalan di atas jembatan yang terbuat dari tambang ataupun bilahan bambu

* Pamper pole : berdiri di ketinggian sekiar 10 meter dan meloncat bebas ke bawah sambil tangan menggapai ke atas untuk menepuk sesuatu yang digantung tinggi. Biasanya pada outbound anak-anak yang digantung adalah boneka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar