Minggu, 13 Desember 2009

OUTBOUND yuk ......

OUTBOUND, PENTINGKAH?
Pernah mendengar, “Ma, aku mau ikut outbound sama teman-teman dong.” Mungkin justru malah kalimat seperti, “Aku nggak mau ikutan outbound, takut, katanya nanti disuruh naik-naik ke atas pohon.terus loncat.” Kalimat pertanyaan tersebut bukan tidak mungkin terlontar dari mulut buah hati Anda. Outbound untuk anak seringkali memang diadakan oleh sekolah untuk merangsang si anak jadi lebih kreatif dan berani. Tidak hanya dari sekolah, kadang ada institusi di luar yang memang menyelenggarakan kegiatan outbound untuk mengisi liburan anak.

Masyarakat yang tinggal di kota besar memiliki waktu dan kesempatan terbatas untuk dapat bertemu dengan anaknya karena kesibukan yang padat, sehingga kadang komunikasi yang terjalin antara orangtua dan anak menjadi sangat kurang. Dalam outbound inilah semuanya dijalin dan dicairkan kembali.

“Diharapkan dengan outbound, maka akan ‘pecah’ komunikasi karena anak merasakan adanya kehadiran orangtua dan orangtua sendiri merasa lebih dekat secara emosional dengan sang anak,” tambahya lagi. Dalam outbound, anak akan diajak mengembangkan kemampuan ESQ (emotional and spiritual quotient), disamping juga IQ (intellegent quotient). “Bila orangtua ikut outbound bersama anak pun ia harus menanggalkan peran dan statusnya untuk sementara agar lebih efektif.”

APA YANG DICARI
Ada tipe outbound yang hanya membolehkan anak mengikuti sendiri tanpa orangtuanya untuk nantinya bergabung dengan teman-temannya. Sedangkan jenis yang satu lagi justru ‘mendaulat’ orangtua untuk juga ikut serta dalam kegiatan outbound. Keduanya memiliki tujuan dan manfaat yang sama baiknya.

“Sangat diharapkan setelah mengikuti outbound anak akan menjadi lebih berani, serta bila orangtua juga ikut serta diharapkan anak akan mendapatkan kembali figur orangtua yang selama ini sempat hilang karena kesibukan bekerja. Ini akan membuat anak lebih komunikatif dan mau terbuka dengan orangtua,” jelas bapak empat orang anak ini. Menurutnya, dari sebuah kegiatan outbound akan bisa didapat beberapa manfaat seperti :

* Komunikasi membaik. Bila memang outbound tersebut berhasil, anak akan memiliki pola komunikasi yang membaik, entah itu dengan orangtua maupun teman dan lingkungan sekitarnya.
* Problem solving. Kemampuan anak memecahkan masalah akan dilatih dalam outbound. Contohnya saat si anak dan timnya dapat berhasil memecahkan suatu teka-teki untuk mendapatkan poin tambahan, sebelumnya ia pasti telah mengerahkan pikiran untuk menganalisa dan mencari jawabannya.

* Kreativitas. Berbagai macam permainan pun dirancang sedemikian rupa untuk merangsang kreativitas anak.

* Keberanian. Anak yang semula memiliki rasa takut karena terbiasa dengan orangtua yang over-protective dapat ‘memaksakan’ dirinya untuk jadi lebih berani pada permainan yang menuntut keberanian seperti flying fox ataupun jalan di atas bambu.

DUKUNGAN PENUH UNTUK ANAK
Sebagai orangtua, tentunya adalah hal yang penting untuk mencermati kesiapan mental dan tingkat kemandirian anak. Kendati pun si anak sebenarnya tergolong mandiri, namun belum tentu ia terbiasa beraktivitas di luar ruangan, terutama dalam situasi dan kondisi seperti outbound.

Kerap ditemui kasus anak yang karena terlalu dilindungi orangtuanya maka ia tumbuh menjadi ‘anak mami’ yang mudah gentar jika menghadapi sesuatu yang asing atau di luar kebiasaannya. Ikut outbound pun mungkin akan menjadi sesuatu yang menakutkan bagi mereka. Untuk itu andil orangtua tentu sangat diperlukan, dukunglah buah hati sambil memperhatikan hal berikut :

* Keterlibatan orangtua. Bila ia outbound, dampingi saja dengan mengawasinya dari kejauhan bersama orangtua-orangtua anak lainnya. Tetapi bila jenis outbound adalah yang melibatkan orangtua untuk satu tim dengan anak, bergabunglah dengan senang hati. Partisipasi Anda akan membuat anak merasa memiliki dan diperhatikan. Winardi kembali berujar, “Sebaiknya anak yang masih kecil didampingi, tetapi anak yang sudah besar atau sudah pernah ikut bisa dilepas.”

* Over-protective? No way! Jangan terlalu membatasi anak dengan alasan khawatir. Itu malah membuatnya mudah takut akan segala sesuatu bahkan sebelum memulai.

* Mengajak saudara. Bila ikut outbound di luar sekolah dan ia takut atau merasa malas, ajak saja sahabat ataupun saudara sepupu yang seumuran dengannya.

* Jeli memilih penyelenggara. Berniat mengikutkan anak untuk outbound dalam rangka mengisi liburannya? Pilih penyelenggara dengan reputasi yang baik sehingga outbound berkualitas dan aman. Survei dengan detail bagaimana kondisi penginapannya, termasuk fasilitas kamar tidur dan kamar mandinya, berapa jumlah pesertanya, berapa umur rata-rata peserta, dan kegiatan apa saja yang dilakukan.

Outbound boleh saja menjadi salah satu sarana yang dapat mengembangkan berbagai aspek pada anak, tetapi tidak akan menjadi maksimal bila setelah outbound tidak ditindaklanjuti. Ibarat kata, outbound hanyalah kendaraan, sementara pengendaranya tetaplah orangtua. Mau kemana anak dibawa, semua berpulang pada orangtua. PG
Jenis Permainan Outbound
Ingin ‘mengintip’ apa saja jenis permainan yang ada di dalam kegiatan outbound?

* Flying fox : anak berpegangan pada peluncur dan meluncur turun di seutas tambang yang terbentang dari ujung satu ke ujung di sebrangnya.

* Kayak : mendayung sendiri perahu kecil (kayak)

* Panjat dinding : memanjat dinding ataupun jalinan tambang yang dibentangkan dengan tegak seperti dinding

* Meniti jembatan tali / bambu : berjalan di atas jembatan yang terbuat dari tambang ataupun bilahan bambu

* Pamper pole : berdiri di ketinggian sekiar 10 meter dan meloncat bebas ke bawah sambil tangan menggapai ke atas untuk menepuk sesuatu yang digantung tinggi. Biasanya pada outbound anak-anak yang digantung adalah boneka.

TV - Media Hiburan atau Penghambat Perkembangan Anak??

Tahu tidak, menjauhkan si kecil dari televisi ternyata malah akan memberinya kesempatan mengembangkan beragam kecerdasan.

Saat menghadapi si kecil yang rewel, kita sering menggunakan cara gampang yang dianggap "ampuh", yakni mengajaknya nonton teve. Lalu, tak sedikit orang tua yang merasa bangga bila anaknya mampu menghapal kalimat atau lagu maupun akting yang didapatnya dari tayangan teve. Apa iya jurus tersebut memang benar-benar ampuh dalam arti kata sebenarnya? Apakah kemampuan si kecil menghapal lagu, kalimat, atau akting dari teve menjadi pertanda si kecil cerdas?

Ternyata itu semua justru salah kaprah dan tidak benar sama sekali. Membiarkan anak nongkrong sepanjang waktu di depan teve justru membuat kemampuan kerja otaknya jadi tidak terstimulasi dengan baik. Menurut dr. Adre Mayza, Sp.S. dari Tim pendidikan Anak Dini Usia (Padu) Universitas Negeri Jakarta dan Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) kasihan sekali bila anak yang masih di bawah usia dua tahun sudah dijejali tayangan televisi.

Di rentang usia 0-2 tahun, perkembangan cabang dan jaringan otak sedang pesat-pesatnya. Nah, dari teve, anak tidak akan mendapat stimulasi yang optimal bagi perkembangan itu. "Padahal ini akan berlanjut menjadi tidak terstimulasinya otak anak secara keseluruhan. Efeknya anak akan jadi manusia pasif. Kasihan, kan?"

HAMBAT JARINGAN

Secara terperinci Adre menjelaskan proses munculnya dampak merugikan tadi. Oleh karena tayangan teve bersifat audiovisual, dengan menontonnya anak akan mendapat semua masukan informasi secara bersamaan, baik suara maupun gambar yang berganti-ganti secara cepat. Nah, saat anak melihat sesuatu di layar teve berarti ia menangkap bentuk, warna, dan gerak objek. Bersamaan dengan itu, ia pun mendengar suara yang berkumandang.

Sayangnya, dengan mendapat dua bentuk informasi sekaligus (audio dan visual) dari teve, pola pikir anak malah jadi tidak terangsang secara keseluruhan. Pergantian gambar yang begitu cepat membuat rangsangan suara hanya "numpang lewat". Akibatnya cuma pusat visualnya saja yang terangsang, sementara pusat pendengarannya kurang.
Lain lagi jika anak mendapatkan stimulasi dengan menggunakan skala prioritas. Contohnya, jika anak mendengarkan lagu dari radio atau tape, maka menurut Adre, anak akan terfokus pada kegiatan mendengarkan lagu. Di saat yang sama, dia akan membayangkan seperti apa, sih, "bentuk" suara tersebut? Kok bisa, sih, lagu tersebut "menari-nari" alias ada naik turunnya?

Itu semua merangsang otaknya bekerja untuk membayangkan hal-hal tadi. Dengan kata lain, anak akan terstimulasi mengikuti alunan suara lagu atau musik yang didengarnya. Hal ini kurang lebih sama dengan yang terjadi pada bayi. Jika diperdengarkan suara-suara, si bayi pasti akan mencari-cari sumber suara tersebut.

Berbeda dengan anak yang disuguhi tayangan audiovisual. "Saat itu anak akan diam terpaku menyaksikan tayangannya yang berganti-ganti secara cepat. Otaknya pun tidak terstimulasi secara optimal karena yang terstimulasi hanya pusat visualnya. Padahal di usia ini, semua pusat di otak harus terstimulasi, mulai pusat visual, pusat pendengaran, sampai pusat gerak."

Lewat stimulasi itulah, Adre bilang, nantinya akan tumbuh cabang-cabang yang membentuk jaringan di otaknya. Jaringan inilah yang kelak berfungsi menghubungkan semua pusat tersebut dan inilah yang diharapkan terjadi melalui proses belajar anak dini usia. Berarti, kalau anak dibiasakan nonton teve sejak dini, selain hanya pusat visualnya saja yang terangsang, pada otaknya juga tidak akan terbentuk jaringan-jaringan yang menghubungkan pusat-pusat yang ada.

CIPTAKAN ANAK UNGGUL

Cabang-cabang neuron yang membentuk jaringan tersebut pada manusia normal jumlahnya bisa mencapai 100 hingga 200 milyar yang kemudian akan membentuk jaringan. "Cabang-cabang inilah yang menentukan seseorang kreatif atau tidak, dan cerdas atau tidak," kata Adre, "Soalnya, cabang-cabang inilah yang ternyata menentukan kemampuan gerak, kemampuan merespons, dan kemampuan refleks. Disamping itu, kemampuan daya tangkap dan konsentrasi anak juga ditentukan oleh rimbun tidaknya cabang-cabang ini, untuk nantinya mampu membedakan sesuatu, seperti membedakan warna ataupun bentuk."

Pada orang dewasa, cabang dan jaringan di sel-sel neuron (sel otak) ini banyak sekali. Terlebih pada mereka yang kreatif dan cerdas. Sedangkan pada anak-anak, jaringan-jaringan yang menghubungkan pusat-pusat kemampuan di otak belum terbentuk sepenuhnya. Nah, tugas orang tualah untuk membantu membangun jaringan-jaringan ini supaya cabang-cabang sel neuron tersebut bisa saling berhubungan dan bisa menghubungkan pusat-pusat di otak. Caranya, kata Adre, tak ada yang lain kecuali lewat proses belajar.

Yang jelas, proses belajar yang dimaksud bukanlah menonton televisi. Cara ini sama sekali tidak mampu menstimulasi secara optimal sel-sel neuron yang jumlahnya milyaran. Kalau sel-sel neuronnya tidak terstimulasi, tentu saja cabang-cabang otaknya pun tidak akan tumbuh dengan baik atau tidak bisa berkembang semuanya. Andaikan satu sel neuron memiliki 5 cabang, misalnya, kalau si anak gemar menghabiskan waktunya dengan nonton teve, paling-paling hanya 2 sel yang berkembang. Sayang sekali, kan, jika sebetulnya kemampuan anak bisa mencapai 5, tapi yang berkembang hanya 2.

Bila jaringan-jaringan sel neuron di otak terjalin secara optimal, dampaknya bakal menguntungkan. Anak tersebut akan tumbuh menjadi anak yang baik dalam perilaku ataupun sikapnya. Sementara sosialisasi dan interaksinya dengan lingkungan pun akan baik pula. Menurut Adre, anak-anak seperti ini biasanya akan bersikap ramah dan rendah hati, serta mau mendengar pendapat orang lain. Dengan kata lain, IQ, EQ, SQ, maupun CQ-nya berkembang baik.

Tidak susah, kok, memberikan stimulasi yang tepat, yakni hindarilah pemberian banyak konsep dan masukan dalam waktu bersamaan seperti halnya gambar dan suara yang berganti-ganti di teve. Sayang, kan, jika pembelajaran yang kita berikan kepada anak hanya merangsang pusat visual saja.

Hindari pula pembelajaran berupa gerakan tanpa berpikir yang hanya dapat merangsang pusat gerak. Misalnya, menggoyang-goyangkan tangan secara acak tanpa bertahap. "Sedangkan jika kita melakukan gerakan sambil berpikir, maka akan ada dua pusat di otak yang terang-sang. Kalau kita mampu merang-sang dua pusat ini, berarti kita telah membentuk sistem atau jaringan, dan inilah yang harus kita ajarkan kepada anak," ujar Adre.

INDIKATOR ANAK SEHAT

Orangtua yang memperhatikan tumbuh kembang anak perlu mencermati tanda-tanda anak memiliki asupan gizi yang baik. Seperti dituturkan ahli gizi Dr dr Anie Kurniawan, M.Sc, SpGK, ada 10 tanda umum yang mudah dikenali dari anak yang memiliki gizi yang baik.

Pertama, anak sehat bertambah umur, berat dan tinggi badan pun bertambah. Kedua, postur tubuh tegap dan otot padat. Pertumbuhan dan perkembangan rangka tubuh diukur dengan cara berdiri tegak. Pertumbuhan otot dilihat dengan pengukuran lingkar lengan atas yang sesuai dengan usianya.

Ketiga, rambut berkilau dan kuat. Anak yang memenuhi kriteria ini memiliki cukup asupan makronutrien, seng, serta vitamin C dan E.

Keempat, kulit serta kuku bersih dan tidak pucat. Kulit lembab dan tidak bersisik itu cukup asupan vitamin A, C, dan E.

Kelima, wajah ceria, mata bening, dan bibir segar. Kejiwaan anak ditandai dengan sifat ceria, aktif berkomunikasi, dan mau berteman.

Keenam, gigi bersih dan gusi merah muda. Gigi anak berkilat, gusi merah muda berkilat, dan lidah bersih segar artinya anak memiliki kecukupan acupan niasin, asam folat, riboflavin, dan vitamin B 12.

Ketujuh, nafsu makan baik dan buang air besar teratur.

Kedelapan, anak bergerak aktif dan berbicara lancar sesuai umur. Fungsi motorik anak yang sehat bila anak bergerak aktif sesuai umur, lincah bermain sesuai umur, dan berbicara lancar sesuai umur.

Kesembilan, anak sehat itu penuh perhatian dan bereaksi aktif. Kecerdasan anak diartikan dengan sikap penuh perhatian, rasa ingin tahu, bereaksi aktif, dan berprestasi.

Kesepuluh, anak dapat tidur nyenyak. Status gizi memengaruhi kebiasaan tidur anak. Menurut dr Anie, ada hubungan antara indeks masa tubuh dan kebiasaan tidur anak. Misalnya anak perempuan (sekitar 13 tahun) yang langsing tidur lebih lama dan nyenyak daripada yang gemuk. Anak bergizi baik (tidak kegemukan) tidur lebih banyak. Dengan kecukupan asupan zat gisi dan serat dari makanan diharapkan anak bisa buang air besar lancar, nafsu makan baik, dan tidur nyenyak.

PERANAN ASI UNTUK DASAR KECERDASAN ANAK

Setiap orangtua pasti ingin memiliki anak yang sehat dan cerdas. Segala daya dan upaya akan dilakukan oleh sang ibu dan ayah agar tujuan tersebut tercapai. Mulai dari sering mendengar musik klasik, minum vitamin, rajin berolahraga sampai memberikan susu formula yang mengandung AA dan DHA yang dipercaya dapat meningkatkan kecerdasan anak.

Tidak banyak yang mengetahui bahwa ada cara yang mudah dan murah agar anak sehat dan cerdas. Dr. Utami Roesli, Sp.A, MBA, IBCLC, Ketua Sentra Laktasi Indonesia mengatakan, “Menyusui ASI eksklusif dapat meningkatkan kesehatan dan kecerdasan anak.”

Sayangnya, para ibu di Indonesia banyak yang tidak memberikan ASI kepada bayinya. Padahal dengan memberikan ASI, kesehatan dan kecerdasan sang bayi pun terjamin. Tidak hanya itu, sang ibu pun mendapatkan salah satu manfaat yaitu menjadi lebih jarang terkena kanker payudara.

Tengoklah Nia (28), karyawati yang memiliki dua putri ini mengaku memberikan ASI dan vitamin yang bagus agar anaknya sehat dan cerdas. Ibu yang sangat peduli tentang kesehatan ini lebih memilih yang alami seperti ASI (Air Susu Ibu). Baginya, penting agar anak selalu diberi kasih sayang dan memenuhi kebutuhan psikologisnya.

Anda mungkin bingung, bagaimana ASI dapat menyehatkan dan mencerdaskan anak anda?ASI jelas adalah hak sang bayi dan inisiasi menyusu dini ASI berperan penting dalam menyukseskan ASI eksklusif. Mengenai kelebihan ASI dibandingkan susu formula dan agar bijaksana dalam memilih dan menggunakan susu formula, Anda bisa simak uraian di bawah ini.

1. Kunci Agar Anak Sehat dan Cerdas
2. Sehat dan Cerdas dengan ASI
1. Air Susu Ibu adalah Hak Bayi
2. Pentingnya Inisiasi Menyusu Dini (IMD) ASI
3. Kelebihan ASI dibanding Susu Formula
4. Problema Ibu Menyusui
3. Bijaksana memilih dan menggunakan Susu Formula

1. Kunci Agar Anak Sehat dan Cerdas

brain_strokeAda 2 faktor yang mempengaruhi kecerdasan, yaitu faktor genetik dan faktor lingkungan. Menurut dr. Bernard Devlin dari Fakultas Kedokteran Universitas Pittsburg, Amerika Serikat memperkirakan faktor genetik hanya menyumbang 48% dalam membentuk IQ anak. Sisanya adalah faktor lingkungan.

Lingkungan penting karena memiliki peran lebih besar daripada genetik. Faktor lingkungan terdiri dari asuh, asah dan asih. Asuh berarti memberikan kebutuhan untuk pertumbuhan fisik, Asah berarti memberikan stimulasi atau pendidikan, Asih berarti memberikan kebutuhan psychososial.

Agar perkembangan kesehatan dan kecerdasan anak tidak terganggu, orang tua perlu menjaga nutrisi. Hal ini penting untuk pertumbuhan dan perkembangan anak terutama otak karena kepandaian berhubungan dengan pertumbuhan otak.

“ASI Eksklusif adalah nutrisi terbaik dalam kualitas dan kuantitas pada saat masa lompatan pertumbuhan otak yang terjadi dari 0 sampai 6 bulan”, ungkap Dr. Utami Roesli, Sp.A yang baru saja berulang tahun di bulan September lalu.

ASI mengandung nutrient yang mempunyai fungsi spesifik untuk pertumbuhan otak antara lain long chain polyunsaturated fatty acid (DHA dan AA) untuk pertumbuhan otak dan retina, kolesterol untuk myelinisasi jaringan syaraf, taurin untuk neurontransmitter inhibitor dan stabilisator membran, laktosa untuk pertumbuhan otak, koline yang mungkin meningkatkan memori.

Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan selain bagus untuk perkembangan otak, juga bagus untuk mempersiapkan sistem pencernaan bayi karena pada saat lahir, enzim pencernaan bayi masih belum lengkap dan hanya bisa digunakan untuk mencerna ASI. Perlu diketahui bahwa ASI mengandung lebih dari 100 macam enzim yang membantu penyerapan zat gizi yang terkandung di dalam ASI.

Lebih lanjut, dr. Utami Roesli, Sp.A yang lebih akrab disapa dr. Tami menambahkan, “Proses menyusui ASI tidak hanya sekedar memberi makan tapi juga mendidik dan memberikan kebutuhan psychososial”. Proses menyusui itu merupakan stimulasi bagi pendidikan anak karena ada kontak mata, diajak bicara, dipeluk, dan dielus-elus oleh sang ibu.
2. Sehat dan Cerdas dengan ASI

jenis strokeDi luar negeri telah banyak dilakukan penelitian terhadap anak yang menyusui ASI lebih dari setengah abad yang lalu. Mulai dari Douglas tahun 1950 yang menemukan bahwa anak ASI lebih cepat bisa berjalan, sampai penelitian oleh Lucas (1996) dan Riva (1998) yang menemukan bahwa nilai IQ anak ASI lebih tinggi beberapa poin.

Berdasarkan hasil studi Horwood & Fergusson tahun 1998 terhadap 1000 anak berusia 13 tahun di Selandia Baru, tampak kecenderungan kenaikan lama pemberian ASI sesuai dengan peningkatan IQ, hasil tes kecerdasan standar, peningkatan rangking di sekolah dan peningkatan angka di sekolah.

Tidak hanya itu, penelitian lain yang dilakukan di negara yang berbeda pada tahun 2002 juga seiya sekata dengan hasil studi Horwood & Fergusson. Richards dkk di Inggris menemukan bahwa anak-anak yang diberi ASI secara bermakna menunjukkan hasil pendidikan yang lebih tinggi.

Semua hasil penelitian tersebut menyakinkan manfaat positif memberikan ASI bahwa anak ASI lebih cerdas. Dr. Utami Roesli, Sp.A ini menegaskan, “ Anak yang diberi ASI akan lebih sehat, IQ lebih tinggi, EQ dan SQ lebih baik bahkan soleh dan soleha ”.

1. Air Susu Ibu adalah Hak Bayi

Kucing dan macan termasuk jenis mamalia yang ibunya melahirkan dan menyusui anaknya. Coba perhatikan bahwa susu induk kucing bisa dinikmati anak kucing dan susu induk macan bisa dinikmati oleh anak macan. Namun, air susu kucing tidak cocok untuk macan, demikian sebaliknya.

“Tuhan telah menciptakan air susu ibu selalu cocok untuk anaknya”, ungkap dr. Utami Roesli, Sp.A, MBA, IBCLC yang mengambil spesialis dokter anak di FK UNPAD, Bandung. Hebatnya lagi bahwa ASI yang dikeluarkan oleh payudara ibu berjumlah sesuai dengan yang bisa diserap oleh pencernaan si bayi. Bahkan anugrah yang satu ini juga bisa menyesuaikan dengan kebutuhan sang bayi secara real time, misalnya bila cuma haus maka akan lebih banyak cairan dan seterusnya.

Meskipun dalam beberapa jam kelahirannya, bayi belum lapar atau haus karena masih ada bekal dari di dalam kandungan, bayi baru lahir berhak mendapatkan kolostrum yaitu cairan emas kaya antibodi yang pertama kali keluar dari puting payudara ibu setelah melahirkan.

ASI merupakan hak anak untuk kelangsungan hidup bayi dan tumbuh kembang secara optimal. Seorang ibu berkewajiban untuk menyusui anaknya. Pemberian ASI memiliki banyak manfaat yang terutama berperan dalam menyehatkan dan mencerdaskan bayi.

ASI bermanfaat membentuk perkembangan intelegensia, rohani, dan perkembangan emosional karena selama disusui dalam dekapan ibu, bayi bersentuhan langsung dengan ibu, dan mendapatkan kehangatan kasih sayang dan rasa aman.
2. Pentingnya Inisiasi Menyusu ASI

Pada awal Agustus lalu, pekan ASI sedunia 2007 juga dirayakan di Indonesia dengan tema Menyusu “Satu Jam Pertama Kehidupan Dilanjutkan dengan Menyusu Eksklusif 6 Bulan, Menyelamatkan Lebih dari Satu Juta Bayi”.

Pemerintah Indonesia mendukung kebijakan WHO dan Unicef yang merekomendasikan inisiasi menyusu dini (early latch on) sebagai tindakan life saving, karena inisiasi menyusu dini dapat menyelamatkan 22 persen dari bayi yang meninggal sebelum usia satu bulan. Menyusui satu jam pertama kehidupan yang diawali dengan kontak kulit antara ibu dan bayi dinyatakan sebagai indikator global.

“Ini merupakan hal baru bagi Indonesia, dan merupakan program pemerintah, sehingga diharapkan semua tenaga kesehatan di semua tingkatan pelayanan kesehatan baik swasta, maupun masyarakat dapat mensosialisasikan dan melaksanakan mendukung suksesnya program tersebut, sehingga diharapkan akan tercapai sumber daya Indonesia yang berkwalitas, ”ujar Ibu Ani Yudhono dalam acara puncak pekan ASI Sedunia 2007.

Inisiasi menyusu dini adalah dengan meletakkan bayi baru lahir di atas perut atau dada ibunya. Dalam waktu hampir 1 jam, bayi akan mulai bergerak mencari puting ibu dan mulai menyusu sendiri. Dr. Tami menyebutkan bahwa di luar negeri hal ini diketahui sudah lama tapi di Indonesia baru sejak tahun 2006 lalu.

Inisiasi menyusu dini dapat membantu memunculkan refleks bayi untuk menyusui dan berperan penting untuk kesuksesan menjalankan ASI eksklusif. Sayangnya, belum semua tenaga kesehatan di Indonesia yang mengetahui hal ini.

Keputusan Menteri Kesehatan RI tentang pemberian air susu ibu secara eksklusif pada bayi di Indonesia sudah disahkan sejak 2004 lalu. Para ibu dan calon ibu dapat ikut mendukung program pemerintah dengan memberikan ASI eksklusif untuk bayinya. Mungkin hal kecil bagi kita tapi sangat berarti bagi kehidupan si bayi kelak.
3. Kelebihan ASI dibanding Susu Formula

Bayi yang diberi susu formula terancam obesitas. Kebanyakan susu formula berbasis susu sapi yang mengandung protein jauh lebih banyak dari protein manusia. Kita tahu bahwa hewan cenderung lebih cepat pertumbuhannya dibandingkan dengan manusia.

Tidak heran sebuah penelitian menyebutkan bahwa bayi yang mendapat ASI tidak segemuk bayi yang mendapat susu formula. Pertumbuhannya lebih bagus dan jarang sakit. Tidak sedikit bayi diare akibat susu formula karena gula susu sapi (laktosa) pada beberapa bayi.

Susu formula di pasaran kini banyak mengandung tambahan nutrisi berupa asam lemak seperti AA dan DHA yang dipercaya dapat mencerdaskan anak. Namun, bayi tidak memiliki kemampuan untuk mencerna semua zat gizi tersebut.

Pada bayi produksi enzim belum sempurna untuk dapat mencerna lemak, sedangkan dalam ASI sudah disiapkan enzim lipase yang membantu mencerna lemak, dan enzim ini tidak terdapat pada susu formula atau susu hewan.

Lemak yang ada pada ASI dapat dicerna maksimal oleh tubuh bayi dari pada lemak yang ada pada susu formula, sehingga tinja bayi susu formula lebih banyak mengandung makanan yang tidak dapat dicerna oleh tubuhnya.

Kemudian, di dalam ASI terkandung asam lemak esensial yang tidak didapat di dalam susu sapi atau susu formula. Asam lemak esensial ini dibutuhkan untuk pertumbuhan otak dan mata bayi, serta kesehatan pembuluh darah.

Di dalam ASI juga terkandung Vitamin C, sehingga bayi ASI tidak perlu mendapat suplemen vitamin C, vitamin C biasanya diberikan untuk bayi-bayi yang diberi susu formula. Zat Besi sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia sehingga tidak terserang anemia (kekurangan darh akibat defisinesi zat besi).

Saat dilahirkan bayi mempunyai persediaan cukup zat besi, tetapi itu kembali kepada ibunya, apakah saat hamil dia mempunyai persediaan zat besi yang cukup. Semua jenis susu mengandung sedikit zat besi sekitar 100ml, atau 0.5-0.7mg/i, namun perbedaannya zat besi yang ada pada ASI dapat dicerna maksimal sampai 50% oleh bayi, berbeda dengan zat besi yang ada pada susu hewan yang hanya 10% saja.

Pada tahun pertama kehidupannya, bayi sangat rentan terhadap penyakit, sehingga memerlukan perlindungan ekstra dari ibunya. ASI mengandung sel-sel darah putih dan sejumlah faktor anti-infektif yang membantu melindungi bayi dari infeksi. ASI juga mengandung antibodi terhadap berbagai infeksi yang pernah dialami ibu sebelumnya.
4. Problema Ibu Menyusui

Dr. Utami Roesli menyayangkan bahwa kurangnya informasi adalah kendala terbesar ibu tidak menyusui ASI. Informasi tentang susu formula jauh lebih banyak dan meyakinkan dibandingkan ASI sehingga para ibu tidak memberikan ASI kepada bayinya.

ASI adalah satu-satunya yang baik untuk bayi. Ibu sebaiknya memahami mengenai susu formula sebelum memberikannya kepada bayi. Carilah informasi yang tepat dan seimbang mengenai susu formula dan ASI.

Sangat disayangkan bahwa tidak semua ibu bisa memberikan ASI eksklusif. Banyak faktor yang mempengaruhi sang ibu sehingga tidak bisa menyusui anaknya. Salah satunya adalah masalah psikologis ibu pasca melahirkan atau puting susu yang tidak normal. Bisa juga karena sakit kronis, infeksi payudara dan radang payudara.

Kalau sudah begitu, jalan keluarnya adalah dengan memberikan susu formula. Padahal pemberian susu formula bagi bayi berumur di bawah satu tahun tidak dianjurkan. Dokter menyarankan agar bayi diberi ASI sampai berusia 6 bulan yang disebut dengan ASI Eksklusif dan tetap dilanjutkan sampai 2 tahun jika masih menyusui.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan ada kondisi dimana susu formula boleh diberikan. Susu formula hanya boleh diberikan pada keadaan sangat terbatas, yaitu telah dilakukan penilaian terhadap status menyusui dari ibu, dan relaktasi tidak memungkinkan serta diberikan hanya kepada anak yang tidak dapat menyusu, misalnya: anak piatu.

3. Bijaksana memilih dan menggunakan Susu Formula

Secara umum prinsip pemilihan susu yang tepat dan baik untuk anak adalah susu yang sesuai dan bisa diterima sistem tubuh anak. Susu terbaik tidak harus susu yang disukai bayi atau susu yang harganya mahal. Bukan juga susu yang banyak dipakai oleh kebanyakan bayi atau susu yang paling laris.

Susu terbaik harus tidak menimbulkan gangguan saluran cerna seperti diare, muntah atau kesulitan buang air besar. Susu yang terbaik juga harus tidak menimbulkan gangguan lainnya seperti batuk, sesak, gangguan kulit dan sebagainya. Penerimaan terhadap susu pada setiap anak sangat berbeda. Anak tertentu bisa menerima susu A, tetapi anak lainnya bila minum susu A terjadi diare, muntah atau malah sulit buang air besar.

Semua susu formula yang beredar di Indonesia dan di dunia harus sesuai dengan Standard RDA (Recomendation Dietery Allowence). Standar RDA untuk susu formula bayi adalah jumlah kalori, vitamin dan mineral harus sesuai dengan kebutuhan bayi dalam mencapai tumbuh kembang yang optimal.

Dengan kata lain penggunaan apapun merek susu sapi formula yang sesuai usia anak selama tidak menimbulkan gangguan fungsi tubuh adalah susu yang terbaik untuk anak tersebut. Susu yang paling enak dan disukai bukan juga merupakan pertimbangan utama pemilihan susu.

Meskipun susu tersebut disukai anak, tetapi bila menimbulkan banyak gangguan fungsi dan sistem tubuh maka akan menimbulkan banyak masalah kesehatan bagi anak. Tetapi sebaliknya bila gangguan saluran cerna anak baik dan tidak terganggu maka nafsu makan atau minum susu pada anak tidak akan terganggu.

Penambahan AA, DHA, Spingomielin pada susu formula sebenarnya tidak merupakan pertimbangan utama pemilihan susu yang terbaik. Penambahan zat yang diharap berpengaruh terhadap kecerdasan anak memang masih sangat kontroversial. Banyak penelitian masih bertolakbelakang untuk menyikapi pendapat tersebut.

Beberapa penelitian menunjukkan pemberian AA dan DHA pada penderita prematur tampak lebih bermanfaat. Sedangkan pemberian pada bayi cukup bulan (bukan prematur) tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna mempengaruhi kecerdasan. Sehingga WHO hanya merekomendasikan pemberian AA dan DHA hanya pada bayi prematur saja.

Bagaimana strategi atau langkah yang tepat dalam melakukan pemilihan susu formula yang terbaik bagi anak:

1. Langkah awal yang harus dilakukan adalah menentukan apakah anak mempunyai resiko alergi atau intoleransi susu sapi. Resiko ini terjadi bila ada salah satu atau kedua orangtua pernah mengalami alergi, asma atau ketidak cocokan terhadap susu sapi.

2. Langkah ke dua, harus cermat dalam mengamati kondisi dan gangguan yang terjadi pada anak sejak lahir. Gejala yang harus di amati adalah gejala gangguan saluran cerna, gangguan perilaku dan gangguan organ tubuh lainnya sejak bayi lahir.

Bila terdapat resiko alergi dan gejala lain seperti di atas, harus lebih cermat dalam melakukan pemilihan susu. Kalau perlu lakukan konsultasi lebih jauh kepada dokter spesialis alergi anak, gastroenterologi anak atau metabolik dan endokrinologi anak.

Cermati gangguan organ tubuh yang terjadi terus menerus dan terjadi jangka panjang seperti sering batuk, sesak, diare (buang air besar > 2 kali perhari), sulit buang air besar. Bila terjadi sebaiknya harus lebih dicermati apakah gangguan ini berkaitan karena ketidakcocokan susu formula.

3. Masalah harga. Sesuaikan pemilihan jenis susu dengan kondisi ekonomi keluarga. Harga susu tidak secara langsung berkaitan dengan kualitas kandungan gizinya. Meskipun susu tersebut murah belum tentu kalori, vitamin dan mineralnya kurang baik.

Selama jumlah, jenisnya sesuai untuk usia anak dan tidak ada gangguan maka itu adalah susu yang terbaik untuk tumbuh kembang anak tersebut. Semua susu formula susu yang beredar untuk bayi dan anak jumlah kandungan kalori, vitamin dan mineralnya tidak berbeda jauh. Perbedaan harga tersebut mungkin dipengaruhi oleh penambahan kandungan AA, DHA dan sebagainya di dalam susu formula.

Pemberian susu formula membutuhkan biaya yang besar. Untuk pembelian susu formula selama 6 bulan di Indonesia diperkirakan menghabiskan biaya Rp. 7,920 trilyun – Rp. 14,720 trilyun. Padahal belum tentu keluarga-keluarga tersebut mampu secara ekonomi. Bukan tidak mungkin ekonomi mereka semakin terpuruk.

4. Pertimbangan lainnya yang penting adalah mudah didapat, baik dalam hal tempat pembelian dan penyediaan produk. Berganti-ganti jenis susu untuk seorang anak tidak harus dikawatirkan selama tidak ada gangguan penerimaan susu tersebut.

Bila tidak terdapat resiko dan gejala alergi langkah berikutnya coba susu formula yang sesuai usia anak apapun merek dan jenisnya. Amati tanda dan gejala yang ditimbulkan, bila tidak ada keluhan teruskan pemberian susu tersebut dengan jumlah sesuai yang dibutuhkan anak.

Jumat, 11 Desember 2009

BERMAIN ITU PERLU

Pilihlah sarana bermain yang sesuai dengan usia dan kemampuan anak
batita. Perhatikan pula aspek-aspek kebersihan dan keamanannya.

Dunia anak usia batita memang dunia bermain. Boleh dibilang sepanjang
waktu mereka diisi hanya dengan bermain, kecuali saat tidur. Baik
bermain menggunakan alat dengan berbagai bentuk dan ukuran, maupun
tidak. Si anak menggunakan tubuhnya sendiri sebagai alat bermain untuk
berlari, meloncat-loncat, merangkak, dan sebagainya. Bisa dibilang tak
ada tempat yang tidak bisa dijadikan tempat bermain baginya. Entah yang
outdoor maupun indoor.

Tari Sandjojo, Psi., dari Cikal Jakarta memaparkan aneka
jenis sarana bermain yang bisa sesuai bagi anak batita. Tentu saja
lengkap dengan manfaatnya bagi berbagai aspek perkembangan anak.


PEROSOTAN

Anak bisa menikmati sensasi ketinggian, terlebih saat ia berada di
puncak perosotan dan siap meluncur. Belum lagi merasakan bagaimana
tubuhnya terasa melayang kala meluncur ke bawah hingga akhirnya
mendarat di ujung perosotan. Sebelum meluncur pun anak harus menjalani
proses naik tangga. Motorik kasar anak benar-benar teruji, termasuk
bagaimana menjaga keseimbangan tubuhnya saat menapaki anak tangga.
Selain itu, anak juga belajar mengenai peraturan. Di antaranya mesti
tertib bergiliran naik satu per satu dan tidak boleh naik dari papan
luncurnya agar tidak tertabrak anak lain di atasnya.


AYUNAN

Anak akan merasakan kenikmatan tersendiri saat tubuhnya terayun secara
kencang atau lambat maupun tinggi atau rendah dari tempat berpijak. Ia
juga jadi belajar mengantisipasi bahaya. Jika ada yang mengayunnya dari
depan atau belakang, misalnya, tentu harus diingatkan karena tindakan
ini justru membahayakan si pengayun. Selain itu anak pun dilatih untuk
mempertajam kemampuan kontrol dirinya agar tidak berayun terlalu cepat
dan tidak pula kelewat lamban.


PERMAINAN PASIR

Pilih butiran pasir yang lembut dan halus serta tidak menempel di kulit
anak. Dengan dikenalkan pada permainan pasir, anak akan belajar
mengenai tekstur kasar. Begitu juga tentang panas dan dinginnya pasir,
maupun perubahan bentuk saat dicampur air. Bukankah ini berarti
mengenalkan anak pada dunia ilmu pengetahuan, tepatnya belajar IPA
secara sederhana.

Tentu saja dalam memilih pasir tersebut orang tua harus hati-hati
mengingat material ini dapat pula menjadi tempat tinggal bagi binatang
kecil. Bukan tidak mungkin ada binatang yang bisa membahayakan atau
setidaknya membuatnya takut dan cedera.


STEPPING & BALOK KESEIMBANGAN

Imajinasi anak dirangsang melalui permainan ini. Arahkan anak seakan ia
harus menyebrangi sungai yang deras dengan balok itu. Jika cuma
berjalan dan berlalu begitu saja di atasnya, yang didapat anak hanyalah
kesempatan melatih motorik dan keseimbangannya saja, tapi bukan
imajinasinya.


MANDI BOLA

Lewat permainan ini anak akan mengalami sensasi yang beragam. ''Oh
seperti ini ya rasanya berenang dalam kolam bola. Beda dengan masuk
kolam air yang bisa membuatku tenggelam, terjun ke kolam ini empuk dan
tidak membuatku tenggelam. Kalaupun aku tenggelam karena banyak gerak,
aku tetap bisa bernapas, kok.'' Belajar mengenai konsep warna dan
bentukpun bisa diperoleh anak di sini. Begitu juga dengan belajar
menentukan arah jika anak ingin main lempar bola.


MAIN AIR

Umumnya anak usia batita hobi main air. Ia masih dikuasai rasa ingin
tahu atau keinginan bereksplorasi, termasuk terhadap air. Meski ada
juga yang takut terhadap air karena pernah mengalami pengalaman tak
menyenangkan dengan material ini. Sayangnya, tidak sedikit orang tua
yang justru membentengi rasa ingin tahu anak terhadap air dengan banyak
melarang. Semisal jangan mandi lama-lama, enggak boleh main
hujan-hujanan atau becek-becekan, dan sejenisnya.

Padahal menurut Tari, manfaat bermain air itu sendiri cukup banyak.
Selain bisa merasakan adanya sensasi yang menyenangkan, mengapa tidak
dioptimalkan dengan mengarahkan anak untuk mencintai dunia ilmu
pengetahuan? Fasilitasi rasa ingin tahunya dan kegemarannya bermain air
dengan menghadirkan wadah dalam berbagai bentuk dan ukuran. Mencampur
air dengan cat air, pasir, atau tepung akan membantu anak menemukan
banyak hal baru mengenai berat jenis, volume, perubahan bentuk, warna,
dan sebagainya.


GORONG-GORONG/TEROWONGAN

Karena suasana yang dihadirkannya amat berbeda, gorong-gorong memberi
sensasi tersendiri sebagai sarana bermain bagi anak. Saat berada di
dalamnya anak mendapati suasana yang agak gelap, sempit, lebih dingin
dan membuat suaranya bergema. Anak pun belum bisa menerka-nerka apa
yang bakal ditemuinya di depan sana, di setiap belokan ataupun di mulut
gorong-gorong. Latihan semacam ini akan meningkatkan kemampuan anak
dalam hal antisipasi. Selain melatihnya mengatasi rasa takut saat
menghadapi suasana berbeda. Ini akan menjadi tantangan tersendiri bagi
anak yang ujung-ujungnya akan mengasah kemampuan beradaptasi.


JALA/JARING

Saat manapaki jala/jaring, sensasi ketinggian juga akan didapat anak
sebagai salah satu manfaat. Manfaat lainnya adalah mengasah
ketrampilan motorik, rasa percaya diri, keberanian, maupun
keseimbangan dan koordinasi tubuh.


TUMPANGAN BERGOYANG

Bentuknya bisa bermacam-macam, dari pesawat terbang, tokoh film kartun,
mobil, motor, hewan, atau apa saja. Namun menurut Tari, keinginan
batita mencoba permainan ini lebih karena ketertarikannya pada aneka
bentuk yang ada. Sementara dari segi manfaatnya nyaris tidak ada,
selain sensasi saat mainan bergoyang ke kiri dan kanan atau ke depan
dan belakang secara teratur saat dimasukkan koin.


TIPS MEMILIH ARENA BERMAIN

Guna membantu orang tua memilihkan arena bermain yang baik bagi
anaknya, Tari memberikan beberapa saran berikut:

Utamakan Kebersihan

Jangan pernah memilih arena bermain yang sarananya sudah dipenuhi debu
dan ditumbuhi jamur, lumut, apalagi sampai menimbulkan bau tak sedap.
''Sebagai konsumen, kita berhak bertanya kepada pihak pengelola
mengenai sistem perawatan arena bermain tersebut.''

Tari menyayangkan banyaknya pengelola/pemilik arena bermain, baik
outdoor maupun indoor, yang mengabaikan sisi perawatan dan kebersihan.
Padahal biasanya keteledoran semacam ini yang menjadikan tempat bermain
umum tidak layak lagi dipergunakan bagi anak.

Idealnya, setelah sekian jam digunakan atau dimanfaatkan oleh sejumlah
anak, setiap mainan harus dibersihkan. Bahkan untuk meminimalkan
peluang penularan penyakit tertentu, mainan juga harus dibersihkan
secara berkala menggunakan bahan pembersih yang bisa membunuh jamur,
bakteri, dan kuman.

Perhatikan Keamanan

Pastikan keamanan setiap lekuk dan sudut sarana di tempat bermain yang
akan digunakan dapat diandalkan. Jika kira-kira membahayakan, lebih
baik urungkan saja niat mengajak main batita di tempat tersebut.
Begitu juga materi yang mendominasi arena bermain itu. Amati aspek
lunak-kerasnya, licin atau tidak dan tajam atau tidak semua benda yang
ada. Termasuk aman tidaknya cat yang digunakan.

Mengapa hal-hal kecil tadi perlu diperhatikan baik-baik?
Tak lain karena pengalaman tidak enak kala anak
terbentur atau terluka akan jauh lebih ''dirasa'' daripada manfaat
permainan itu sendiri. Sayang sekali 'kan, kalau karena pernah cedera
anak jadi tak mau mencoba permainan ini-itu atau tidak lagi terangsang
melakukan berbagai eksplorasi hingga potensi/kemampuan anak jadi tidak
terasah.

Kolam mandi bola, contohnya, untuk anak batita idealnya harus
dipisahkan dari kolam serupa untuk anak prasekolah.
Mengapa? Sebagian batita, terutama batita awal usia 1-2 tahun,
masih berada di fase oral. Inilah yang membuat mereka seringkali
memasukkan bola-bola tersebut ke dalam mulutnya.

Pertimbangan lain, perkembangan motorik membuat anak prasekolah
cenderung ''rusuh'' dengan melompat dan meloncat atau terjun
bebas tanpa memperhatikan ada atau tidak orang lain yang mungkin bakal
celaka dengan ulahnya. Di sinilah pentingnya orang tua menyeleksi arena
bermain seperti apa yang dianggapnya layak.

Cermati Aspek Kesesuaian

Pilihlah sarana bermain yang merangsang pergerakan otot batita, baik
otot-otot kaki, tangan, maupun seluruh bagian tubuhnya. Jangan lupa
perhatikan juga kesesuaian bentuk, ukuran, dan tingkat kesulitan
masing-masing permainan tersebut. Balok keseimbangan, contohnya,
pilihkan yang baloknya relatif lebar dan goyangannya tidak
menghentak-hentak. Sedangkan untuk perosotan idealnya dilengkapi dengan
matras atau ''bantalan'' pasir yang bisa meredam benturan saat anak
mendarat. Lalu untuk permainan gorong-gorong, pilihkan yang jalan
keluarnya langsung bisa ditemukan anak dengan panjang yang terjangkau.

Kuota/Kapasitas

Tinggalkan arena bermain yang sudah penuh sesak. Dalam kondisi semacam
itu jangan harap anak bisa memetik manfaat dari aktivitas bermainnya.
Begitu juga jika melihat antrian yang amat panjang hingga harus
menunggu cukup lama untuk mendapat giliran. Bisa-bisa si batita bete
duluan sebelum bermain. Padahal salah satu unsur penting bagi anak
batita adalah pengalaman yang menyenangkan. Nah, kalau dia sampai
terlalu lama menunggu, kalah berebut kesempatan dengan anak yang lebih
besar, tentu saja permainan tersebut akan menjadi pengalaman tidak
menyenangkan buat si batita. Meski di usia ini anak juga harus mulai
diperkenalkan pada konsep berbagi, tapi tentu bukan dengan cara-cara
seperti ini.

Kualitas SDM

Yang dimaksudkan di sini adalah kualitas petugas atau kakak-kakak
pendamping yang ada di lokasi arena bermain. Ini sangat perlu mengingat
mereka harus menjaga, membimbing, dan mengarahkan anak bagaimana
harusnya bermain dengan baik dan benar. Jika semua aturan main bisa
dipatuhi, bukan cuma keselamatan dan kenyamanan bermain yang didapat
anak, tapi juga manfaat lain. Semisal, ''O...begini toh caranya menjaga
keseimbangan di jalan yang licin.''
Atau, ''Supaya bonekanya enggak gampang hancur, aku mesti mencampur
tepung ini dengan air.''

DASAR PERKEMBANGAN ANAK

Orang tua dan guru secara MUTLAK harus mengetahui Tahap dasar perkembangan Anak, karena hal ini berguna untuk "menangani" anak-anak secara umum.


Perkembangan KOGNITIF ANAK
Menurut PIAGET perkembangan ini dibagi dalam 4 tahap:
1. Sensori Motor (usia 0-2 tahun)
Dalam tahap ini perkembangan panca indra sangat berpengaruh dalam diri anak.
Keinginan terbesarnya adalah keinginan untuk menyentuh/memegang, karena didorong oleh keinginan untuk mengetahui reaksi dari perbuatannya.
Dalam usia ini mereka belum mengerti akan motivasi dan senjata terbesarnya adalah 'menangis'.
Menyampaikan cerita pada anak usia ini tidak dapat hanya sekedar dengan menggunakan gambar sebagai alat peraga, melainkan harus dengan sesuatu yang bergerak (panggung boneka akan sangat membantu).

2. Pra-operasional (usia 2-7 tahun)
Pada usia ini anak menjadi 'egosentris', sehingga berkesan 'pelit', karena ia tidak bisa melihat dari sudut pandang orang lain. Anak tersebut juga memiliki kecenderungan untuk meniru orang di sekelilingnya. Meskipun pada saat berusia 6-7 tahun mereka sudah mulai mengerti motivasi, namun mereka tidak mengerti cara berpikir yang sistematis - rumit.
Dalam menyampaikan cerita harus ada alat peraga.

3. Operasional Kongkrit (usia 7-11 tahun)
Saat ini anak mulai meninggalkan 'egosentris'-nya dan dapat bermain dalam kelompok dengan aturan kelompok (bekerja sama). Anak sudah dapat dimotivasi dan mengerti hal-hal yang sistematis.
.

4. Operasional Formal (usia 11 tahun ke atas)
Pengajaran pada anak pra-remaja ini menjadi sedikit lebih mudah, karena mereka sudah mengerti konsep dan dapat berpikir, baik secara konkrit maupun abstrak, sehingga tidak perlu menggunakan alat peraga.
Namun kesulitan baru yang dihadapi guru adalah harus menyediakan waktu untuk dapat memahami pergumulan yang sedang mereka hadapi ketika memasuki usia pubertas.


Perkembangan PSYCHO-SOSIAL
Menurut ERICK ERICKSON perkembangan Psycho-sosial atau perkembangan jiwa manusia yang dipengaruhi oleh masyarakat dibagi menjadi 8 tahap:
1. Trust >< Mistrust (usia 0-1 tahun)
Tahap pertama adalah tahap pengembangan rasa percaya diri.
Fokus terletak pada Panca Indera, sehingga mereka sangat memerlukan sentuhan dan pelukan.

2. Otonomi/Mandiri >< Malu/Ragu-ragu (usia 2-3 tahun)
Tahap ini bisa dikatakan sebagai masa pemberontakan anak atau masa 'nakal'-nya.
Namun kenakalannya itu tidak bisa dicegah begitu saja, karena ini adalah tahap dimana anak sedang mengembangkan kemampuan motorik (fisik) dan mental (kognitif), sehingga yang diperlukan justru mendorong dan memberikan tempat untuk mengembangkan motorik dan mentalnya.


3. Inisiatif >< Rasa Bersalah (usia 4-5 tahun)
Dalam tahap ini anak akan banyak bertanya dalam segala hal, sehingga berkesan cerewet. Pada usia ini juga mereka mengalami pengembangan inisiatif/ide, sampai pada hal-hal yang berbau fantasi.
Mereka sudah lebih bisa tenang dalam mendengarkan Firman Tuhan di Sekolah Minggu.

4. Industri/Rajin >< Inferioriti (usia 6-11 tahun)
Anak usia ini sudah mengerjakan tugas-tugas sekolah - termotivasi untuk belajar. Namun masih memiliki kecenderungan untuk kurang hati-hati dan menuntut perhatian

LIRIK LAGU ANAK - INGGRIS

Baa, baa, black sheep

Baa, baa, black sheep
Have you any wool?
Yes sir, yes sir,
Three bags full

One for my master,
One for my dame,
One for the little boy
Who lives down the lane

Baa, baa, black sheep
Have you any wool?
Yes sir, yes sir,
Three bags full


Humpty Dumpty

Humpty Dumpty sat on the wall,
Humpty Dumpty had a great fall.
All the king's horses
And all the king's men
Couldn't put Humpty Dumpty
Together again.

Humpty Dumpty sat on the wall,
Humpty Dumpty had a great fall.
The more the girls cried,
The harder they tried,
To put Humpty Dumpty
Together again.

Humpty Dumpty sat on the wall,
Humpty Dumpty had a great fall.
All the king's horses
And all the king's men
Finally put him
Together again.

Mary Had a Little Lamb

Mary had a little lamb,
Little lamb, little lamb,
Mary had a little lamb,
Its fleece was white as snow

And everywhere that Mary went,
Mary went, Mary went,
Everywhere that Mary went
The lamb was sure to go

It followed her to school one day
School one day, school one day
It followed her to school one day
Which was against the rules.

It made the children laugh and play,
Laugh and play, laugh and play,
It made the children laugh and play
To see a lamb at school

And so the teacher turned it out,
Turned it out, turned it out,
And so the teacher turned it out,
But still it lingered near

And waited patiently about,
Patiently about, patiently about,
And waited patiently about
Till Mary did appear

"Why does the lamb love Mary so?"
Love Mary so? Love Mary so?
"Why does the lamb love Mary so?"
The eager children cry

"Why, Mary loves the lamb, you know."
Loves the lamb, you know, loves the lamb, you know
"Why, Mary loves the lamb, you know."
The teacher did reply

Ten Little Fingers

One little two little three little fingers
Four little five little six little fingers
Seven little eight little nine little fingers
Ten little fingers dancing

Dancing, dancing on your knees
Dancing, dancing on your knees
Dancing, dancing on your knees
Ten little fingers dancing

Dancing, dancing on your tummy
Dancing, dancing on your tummy
Dancing, dancing on your tummy
Ten little fingers dancing

One little head, two little arms
Two legs, two feet
With lots of charm
Oh yes I like what I am seeing
One whole human being

Dancing, dancing on your shoulders
Dancing, dancing on your shoulders
Dancing, dancing on your shoulders
Ten little fingers dancing

Dancing, dancing on your head
Dancing, dancing on your head
Dancing, dancing on your head
Ten little fingers dancing

Two little eyes, two little ears
One nose, one mouth
One belly button here
One great body
Let's give it a cheer!

Now let's all go dancing
Now let's all go dancing

One little two little three little toes
Four little five little six little toes
Seven little eight little nine little toes
Ten little toes a dancin'
Ten little fingers dancing
Ten little toes a dancin'
Now let's all go dancing

LIRIK LAGU ANAK - INDONESIA

KUPU KUPU
Kupu-kupu yang lucu
kemana engkau terbang
Hilir-mudik mencari
Bunga-bunga yang kembang
Berayun-ayun
Pada tangkai yang lemah
Tidakkah sayapmu
Merasa lelah

Kupu-kupu yang elok
Bolehkah saya serta
Mencium bunga-bunga
Yang semerbak baunya
Sambil bersenda-senda
Semua kuhampiri
Bolehkah kuturut



Menanam Jagung
Ayo kawan kita bersama
Menanam jagung di kebun kita
Ambil cangkulmu ambil pangkurmu
Kita bekerja tak jemu-jemu
Cangkul cangkul cangkul yang dalam
Tanah yang longgar jagung kutanam
*courtesy of LirikLaguIndonesia.net
Beri pupuk supaya subur
Tanamkan benih dengan teratur
Jagungnya besar lebat buahnya
Tentu berguna bagi semua
Cangkul cangkul aku gembira
Menanam jagung di kebun kita


Ular Naga Panjangnya

Ular naga panjangnya bukan kepalang
Menjalar-jalar selalu kian kemari
Umpan yang lezat itulah yang dicari
Ini dianya yang terbelakang



Pergi Belajar

oh, ibu dan ayah, selamat pagi
kupergi sekolah sampai kan nanti

selamat belajar nak penuh semangat
rajinlah selalu tentu kau dapat
hormati gurumu sayangi teman
itulah tandanya kau murid budiman



Gelang Sipaku Gelang

gelang sipaku gelang
gelang si rama rama

mari pulang
marilah pulang
marilah pulang
bersama-sama

mari pulang
marilah pulang
marilah pulang
bersama-sama

Sayonara sayonara
Sampai berjumpa pulang

Sayonara sayonara
Sampai berjumpa pulang

Buat apa susah Buat apa susah
Susah itu tak ada gunanya

BAHASA KASIH DALAM KELUARGA

CINTA

Cinta adalah dasar untuk memastikan bahwa seorang anak akan tumbuh menjadi orang dewasa yang penuh kasih dan suka memberi.
Semua aspek perkembangan seorang anak harus didasari oleh cinta.
Setiap anak mempunyai bahasa cinta primer, yakni cara terbaik yang membuatnya memahami cinta orang tua.
Berbicara dalam bahasa primer anak tidak berarti ia tidak akan memberontak suatu saat. Akan tetapi, artinya anak tahu bahwa Anda mencintainya, dan bahasa cinta dapat memberinya rasa aman dan pengharapan; berbicara dalam bahasa cinta anak dapat memudahkan orangtua dalam membimbing anak memasuki masa dewasa yang penuh tanggungjawab. DASARNYA ADALAH CINTA.
Anda mungkin sungguh-sungguh mencintai anak, tetapi Anda apabila ia tidak merasakan hal itu-apabila Anda tidak berbicara dalam bahasa cintanya sewaktu menyampaikan cinta Anda kepadanya-ia tidak akan pernah merasa dicintai.

MENGISI TANGKI EMOSIONAL
Setiap anak memiliki Tangki Emosional, tempat kekuatan emosional yang dapat memberinya bahan bakar sewaktu melalui hari-hari penuh tantangan pada masa kanak-kanak dan masa remajanya. Dengan berbicara dalam bahasa cintanya, Anda dapat mengisi “tangki emosionalnya” dengan cinta.
Kita perlu mengisi tangki emosional anak dengan Cinta Tanpa Syarat, karena cinta sejati selalu tanpa pamrih/syarat. Cinta tanpa syarat ialah cinta yang utuh, yang menerima serta menegaskan seorang anak siapa dirinya, bukan karena sesuatu yang telah dilakukannya. Tentu saja, orangtua perlu melatih dan/atau mendisiplinkan anak-tetapi hal itu baru dilakukan setelah mereka mengisi tangki emosional anak. Anak mempunyai “tangki cinta” yang siap diisi (dan diisi ulang; tangki ini bisa kosong secara berkala).
Hanya cinta tanpa syarat:
• Yang dapat mencegah masalah seperti perasaan benci, tidak dicintai, bersalah, takut, dan tidak aman.
• Mampu memahami anak sedalam-dalamnya dan mengatasi perilaku anak, baik yang berperilaku baik, maupun yang buruk.
Sebagian besar orangtua mencintai anak mereka dan menginginkan anak mereka merasa dicintai, tetapi hanya sedikit yang mengetahui cara menyampaikan perasaan tersebut memadai.

BILAMANA SEORANG ANAK MERASA DICINTAI
Apabila anak merasa benar-benar dicintai oleh orangtuanya, ia akan lebih tanggap terhadap pengarahan orangtua disegala bidang kehidupannya.
Pada dasarnya ada lima cara anak (sebenarnya semua orang) dalam mengutarakan serta memahami cinta emosional, yaitu:
1. Sentuhan Fisik
2. Kata-kata penegasan
3. Waktu berkualitas
4. Hadiah
5. Layanan
Apa pun jenis bahasa cinta yang paling dipahami anak, ia butuh ungkapan cinta itu diucapkan dengan suatu cara, yang tanpa syarat.
Cinta tanpa syarat memperlihatkan cinta terhadap anak tanpa mempedulikan seperti apa anak itu, tanpa mempedulikan potensi, pelbagai kekurangan, atau pun cacat apa saja yang dimilikinya; tanpa mempedulikan apa yang kita harapkan darinya; dan yang paling sulit yakni tanpa mempedulikan perilakunya. Tidak berarti kita menyukai semua perilakunya.
Pendidikan dan pendisiplinan baru dapat dilakukan secara efektif apabila tangki emosional anak sudah terisi. Tidak ada cinta tanpa syarat yang terlalu banyak dan pantas diterima seorang anak.
Anak yang memandang rendah diri sendiri akan dihantui oleh pelbagai pikiran seperti, “Saya tidak sepintar, seatletik, atau secantik anak lain”. Sebagai orangtua kita perlu berusaha semampu kita agar anak menghargai dirinya secara sehat dan memandang dirinya sebagai anggota masyarakat yang penting dan memiliki pelbagai bakat dan kemampuan istimewa serta berhasrat menjadi manusia yang produktif.
Sejumlah besar penelitian menunjukkan bahwa dasar emosional seseorang terbentuk dalam delapan belas tahun pertama hidupnya, tertama dalam hal hubungan ibu/anak. Anak yang dibesarkan dengan cinta bersyarat akan belajar mencintai dengan cara yang sama.
Kita harus mengkomunikasikan cinta dalam bahasa yang dipahami anak. Sedikit sekali anak yang merasa dirinya dicintai dan disayangi tanpa syarat. Satu kenyataan lagi, sebagian besar orangtua sangat mencintai anak-anak mereka. Mengapa terjadi kontradiksi yang mengerikan seperti ini? Penyebab utamanya yaitu hanya sedikit orangtua yang mengetahui cara menyampaikan cinta yang mereka rasakan di hati ke hati anak mereka. Beberapa orangtua berasumsi bahwa cinta mereka terhadap anak akan otomatis diketahui anak. Sementara beberapa orangtua beranggapan bahwa mereka mengatakan “Ayah/Ibu mencintaimu” saja sudah cukup mampu menyampaikan cintanya. Sayang sekali, anggapan ini keliru.

MEMOTIVASI ANAK LEWAT PERILAKU ORANG TUA
Mencintai serta menyatakan cinta kepada anak dengan perkataan memang baik, tetapi keduanya tidak cukup membuat anak merasa dicintai sepenuhnya. Alasannya yaitu anak-anak sangat mudah termotivasi oleh perilaku. Mereka bereaksi terhadap tindakan, yaitu terhadap apa yang Anda lakukan bersama mereka. Maka agar tercapai, Anda harus menyampaikan cinta sesuai dengan pengertian anak, yaitu dengan perilaku.
Dengan menggunakan bahasa cinta anak, orangtua dapat memenuhi kebutuhan emosional terdalamnya akan cinta. Namun, tidak berarti bahwa orangtua cukup menggunakan bahasa cinta primer itu saja. Anak-anak membutuhkan kelima bahasa cinta untuk menjaga agar tangki emosional mereka tetap penuh. Ini berarti orang tua harus belajar menggunakan kelima bahasa cinta.
Apabila usai anak masih dibawah lima tahun, jangan harap Anda dapat mengetahui bahasa cinta primernya. Anda tidak akan bisa. Anak mungkin memberikan beberapa isyarat, tetapi bahasa cintanya jarang sekali terlihat dengan jelas, maka gunakan saja kelimanya.

Disarikan secara bebas dari :
Gary Champman, Ph.D & Ross Campbell, M.D. Lima Bahasa Kasih untuk Anak-anak. 2000.